![]() |
Credit: https://primestrategies.co.nz/are-you-a-natural-born-leader-test-your-leadership-talents/ |
Kepemimpinan Dalam Sebuah Organisasi
Tohap Simangunsong
Abstrak
Dalam sebuah organisasi, pemimpin
dan kepemimpinan merupakan dua hal yang sangat fundamental dalam tercapainya
tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan sifat kolektif yang dimiliki seseorang
yang yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap suatu kepentingan
kelompok, organisasi, dan atau perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin diharapkan mengenal seluruh unsur yang terlibat dalam struktur
organisasi agar menumbuhkan komunikasi, kerjasama, dan interaksi yang baik.
Kepemimpinan berupaya untuk selalu menggunakan pendekatan terbaik untuk
pemecahan berbagai masalah yang timbul di badan sebuah organisasi. Kepemimpinan
dapat dikembangkan seiring dengan pengalaman dan waktu. Gaya kepemimpinan
menjadi sebuah unsur yang sangat penting dalam manajemen. Gaya kepemimpinan
pada perusahaan dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan lingkungan perusahaan
dan organisasi. Setiap gaya kepemimpinan tertentu bisa digunakan sesuai dengan
situasi dan kondisi lingkungan organisasi. Oleh karena itu para pemimpin
diharapkan mengenal baik seluruh bagian organisasi terutama bagian strategis
dan teknis pada perusahaan. Sumber daya manusia yang bermutu akan dapat
meningkatkan produktivitas dan kinerja organisasi. Pemimpin harus dapat
mempengaruhi persepsi bawahan serta memberikan motivasi kepada seluruh karyawan
mengenai deskripsi pekerjaan mereka. Peran dari seorang pemimpin yang andal
akan sangat diperlukan karena harus mengarahkan dan membawa organisasi untuk
mencapai tujuan suatu organisasi.
Kata kunci: Kepemimpinan, pemimpin,
organisasi, pendekatan, motivasi
PENDAHULUAN
Dalam sebuah organisasi, pemimpin dan kepemimpinan
merupakan dua hal yang sangat fundamental dalam tercapainya tujuan organisasi.
Di dalam sebuah organisasi terdapat pemimpin, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, serta tujuan organisasi yang harus dicapai demi kepentingan bersama.
Tanggung jawab yang sangat besar diemban oleh
seorang pemimpin. Pemimpin diharapkan mengenal seluruh anggota yang terlibat
dalam struktur organisasi agar menumbuhkan komunikasi, kerjasama, dan interaksi
yang baik (Raharjo, dkk., 2006). Pemimpin adalah individu yang mendorong setiap
kelompok dalam organisasi untuk mengerjakan tugas dan fungsi tertentu demi
mencapai tujuan-tujuan yang ditentukan. Pemimpin memiliki kemampuan dan
kewenangan untuk menunjuk dan mengatur seluruh unsur yang terlibat di dalam
organisasi (Hajar, dkk. 2018). Pemimpin harus bisa mengelola bawahannya yang
mana gaya kepemimpinan harus disesuaikan supaya dapat mempengaruhi pikiran,
perasaanm sikap, karakter, dan semangat para bawahan agar dapat bekerja selalu
maksimal untuk mencapai tujuan organsasi (Tampi, 2014).
Kepemimpinan merupakan sifat kolektif yang dimiliki
seseorang yang yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap suatu
kepentingan kelompok, organisasi, dan atau perusahaan. Kepemimpinan merupakan
penerapan sifat yang dapat mendorong setiap komponen dalam kelompok datau
organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi
berbagai proses yang mempengaruhi tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi interpretasi dan persepsi pegawai,
menjaga hubungan dan interaksi setiap tim kerja, memberikan dukungan dan
menemukan kerja sama dari kelompok di luar organisasi (Salutondok &
Soegoto, 2015).
Komitmen dan dedikasi yang tinggi menjadi bahan
bakar yang harus dimiliki seorang pemimpin baik dalam perusahaan, bisnis, atau
organisasi untuk membawa organisasi mendatangkan berkah bagi setiap orang dalam
kelompok, komunitas, korporasi, pemerintah, bahkan global. Karakter yang paling
mendasar yang membedakan seorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin adalah
melekatnya karakter pengetahuan yang relevan, integritas dan kejujuran, hasrat,
percaya diri, ambisi, penyesuaian diri, dan cerdas dalam social dan emosi (Yudiaatmaja,
2013).
Dalam pendidikan karakter yang ditetapkan oleh
Kemendiknas, kepemimpinan meliputi, nilai religious, kejujuran, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Apabila seorang pemimpin dapat mengkombinasikan seluruh karakter tersebut maka
seorang pemimpin akan menjadi seorang pemimpin yang lengkap untuk dapat
menghadapi berbagai konflik internal, konflik eksternal, dan memudahkan untuk
membnatu dalam pemecahan masalah yang dihadapi (Mulyono, 2018). Tinjauan ini
bertujuan untuk membahas tentang peran pemimpin, kepemimpinan, pendekatan
kepemimpinan, serta gaya kepemimpinan dalam pengembangan organisasi. Dalam
tinjauan ini juga dibahas mengenai peran pemimpin dalam meningkatkan motivasi
dan kinerja para bawahan, pegawai atau karyawan.
PEMBAHASAN
Konsep
Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan sebuah rangkaian proses dalam
menyelesaikan segala tugas dan tanggung jawab dalam organisasi. Sebagai
rangkaian proses maka pemimpin berperan dalam memberikan petunjuk dan arahan.
Kepemimpinan termasuk dalam sifat atau perilaku individu manusia yang berpusat
pada kemaampuan untuk mengatur dan menangani manusia agar segala sesuatunya
lebih teratur demi tercapainya suatu tujuan. Pemimpin senantiasa diharapkan
dapat menjelaskan sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas, menentukan arah
jalan, menentukan keputusan terbaik, memilih prioritas, menjadi teladan,
mematuhi segala peraturan yang sudah ditetapkan serta siap menanggung resiko
atas segala keputusan. Perilaku kepemimpinan sangat mempengaruhi karyawan atau
pegawai untuk mengerjakan segala sesuatu menjadi lebih maksimal dan sesuai
dengan yang diinginkan. Oleh karena itu pemimpin harus senantiasa dapat
memberikan pengaruh positif di lingkungan kerja sehingga karyawan dan pegawai
dapat memberikan kemampuan terbaiknya (Makkaratte, 2017).
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai sebuah
karakter yang dapat memahami tanggung jawab, tuntutan kelompok, membina
bawahan, mengekspolarasi kapasitas setiap orang dalam organisasi untuk
menghasilkan prestasi dan tujuan bersama (Mulyono, 2018). Kepemimpinan
mengarahkan sumber daya manusia yaitu mendorong para karyawan untuk lebih
meningkatkan kinerja dalam melaksanakan segala tugas pokok dan fungsi yang
diberikan oleh pemimpin. Kepemimpinan diharapkan dapat senantiasa dengan
komprehensif mengarahkan, mengawasi, serta mempengaruhi orang lain dalam
mengerjakan tugas msing-masing elemen sesuai dengan perintah dan rencana.
Kepemimpinan merupakan salah satu disiplin ilmu yang selalu berkembang seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan sumber daya manusia
(Salutondok & Soegoto, 2015).
Pemimpin dituntut untuk selalu mengikuti dinamika
yang terjadi di perusahaan atau organisasi serta diharapkan dapat menjadi
pembicara yang andal, negosiator yang baik dengan pihak luar, informative,
kreatif dengan ide-ide fresh,
sehingga pemimpin dapat dengan mudah membawa perusahaan atau organisasi
mencapai tujuannya. Visi yang sudah ditentukan akan dapat dicapai apabila semua
komponen terlibat untuk saling bekerja sama dengan penuh semangat kerbersamaan.
Pemimpin sebagai pelatih diharapkan dapat mengembangkan organisasi, sehingga
pemimin harus mampu membina, membimbibg, memberdayakan sumber daya yang ada
sesuai dengan tupoksi, lalu memberikan arah yang tepat untuk para karyawan
untuk dapat menempuh tujuan yang sudah ditetapkan bersama (Daswati, 2012).
Kepemimpinan dalam institusi pendidikan perguruan
tinggi sejatinya memiliki sedikit perbedaan dengan sebuah korporasi. Dalam
institusi pendidikan diharapkan seorang pemimpin bisa menjadi panutan atau
contoh kepada para bawahan. Apabila dalam organisasi setiap tupoksi sudah
dilakukan dengan baik, maka mutu kinerja setiap komponen dalam organisasi akan
meningkat. Kepemimpinan berbasis karakter dapat diterapkan di dalam mengelola
perguruan tinggi untuk mencapai visi dan misi perguruan tinggi (Mulyono, 2018).
Kepemimpinan dalam organisasi
Dimensi hidup manusia tidak akan pernah lepas dari
organisasi. Bahkan keluarga harus membutuhkan pemimpin yang dapat membawa
keluarga ke arah yang lebih baik dan kesuksesan bersama. Begitu juga dalam
organisasi kemasyarakatan, dunia pekerjaan, pemerintahan, dll. Dalam setiap
organisasi, interaksi antar bagian dan pengelolaan yang baik menjadi unit yang
terpenting demi mencapai tujuan yang sudah ditetapkan bersama (Tampi, 2014).
Organisasi merupakan kerangka hubungan yang
terstruktur yang memiliki pembagian kerja, tanggung jawab, wewenang, dalam
menjalankan fungsi tertentu. Setiap komponen organisasi mengharapkan sumber
daya manusia yang andal yang dapat menjalankan peran masing-masing demi
tercapainya tujuan organisasi. Produktivitas organisasi tidak terlepas dari
kualitas kinerja, motivasi, dan kepemimpinan yang dimiliki pegawai. Seorang
pemimpin harus cekatan, mampu mempengaruhi persepsi oranglain atau bawahan,
aktif membuat rencana-rencana, melakukan koordinasi, melakukan percobaan, serta
memimpin segala pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi (Bahrum &
Sinaga, 2015).
Proses dalam organisasi berperan serta untuk
meningkatkan kemampuan dan kualitas untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Bawahan atau pegawai yang sudah terbiasa menerima tanggung jawab
dan bekerja dengan penuh kepercayaan diri akan bekerja dengan baik sesuai
dengan tupoksi yang diberikan oleh pemimpin akan dapat mengembangkan dirinya
menjadi lebih baik lagi. Dalam hal ini pemimpin harus memuji dengan tulus para
pegawai serta memberikan feedback
positif atas prestasi maupun kekurangan yang dimiliki pegawai (Daswati, 2012).
Seorang pemimpin adalah
sosok yang memiliki visi, misi, etika, integritas, karakter positif, penuh
percaya diri, komunikatif, lugas, mampu menyatakan ide/gagasan dengan cara yang
sederhana, serta dapat mendorong seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan
mudah kepada orang lain. Kepemimpinan yang baik dalam organisasi akan
mencipatakan suasana yang sehat karena pemimpin sebagai pusat harus dapat
menciptakan lingkungan yang ideal bagi setiap individu dalam organisasi
(Suherman, 2019).
Sosok pemimpin dengan
kharisma yang dimiliki dapat mengendalikan segala situasi dan keadaan baik
dalam situasi genting sekalipun. Seorang pemimpin harus memiliki tingkat emosi
yang stabil, tenang dalam menentukan suatu keputusan, serta berbicara dengan
tegas agar setiap bawahan tidak merasa ragu serta memberikan perhatian lebih dalam
melakukan segala tugas dan fungsi mereka. Dalam mencapai tujuan organisasi,
pemimpin merupakan hal yang terpenting dalam mengendalikan segala kebijakan.
Pemimpin harus mampu mengelola sumber daya manusia yang tersedia dengan metode
dan pendekatan kepemimpinan yang sesuai demi tercapainya tujuan organisasi yang
sudah ditetapkan (Salutondok & Soegoto, 2015).
Seorang pemimpin diharapkan senantiasa agar selalu
konsisten dan focus untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan atau
organisasi. Integritas menjadi hal yang sangat esensial yang harus melekat di
dalam diri seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus senantiasa tersedia
untuk memotivasi, bertanggungjawab, menjelaskan segala hal dengan sangat
detail, agar setiap tugas dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan petunjuk-petunjuk
yang sudah ditentukan (Gede & Piartini, 2018).
Kepemimpinan ialah sebuah upaya untuk memberikan
koordinasi dan komunikasi dalam organisasi yang bertujuan untuk mempengaruhi
orang untuk bertindak yang disertai dengan motivasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan yang baik diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada
seluruh bawahan agar mereka dapat mengerjakan segala tugas dan fungsi dengan
sebaik-baiknya (Wijayanti, 2012).
Pendekatan Kepemimpinan
Kepemimpinan berupaya untuk selalu menggunakan
pendekatan terbaik untuk pemecahan berbagai masalah yang timbul di badan sebuah
organisasi. Seorang pemimpin harus bisa memberikan pengaruh kepada segenap
bawahan agar mereka tetap bekerja dengan senang hati untuk mencapa tujuan yang
sudah ditetapkan organisasi (Inaray, dkk. 2016). Kepemimpinan dapat
dikembangkan seiring dengan pengalaman dan waktu. Kepemimpinan merupakan sebuah
proses berkelanjutan yang mana setelah mencapai sebuah tujuan maka harus
menyelesaikan tujuan baru yang memiliki standar dan tanggung jawab yang lebih
besar. Gaya kepemimpinan yang dianut
oleh seorang pemimpin dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan organisasi
karena setiap pendekatan atau pemilihan gaya kepemimpinan akan sangat berpengaruh
terhadap kinerja dan produktivitas organisasi (Suherman, 2019).
Dalam Suherman, ada empat jenis pendekatan
kepemimpinan, anatara lain:
- Pendekatan Sifat. Pendekatan sifat
meruapakan pendekatan yang umumnya menggambarkan pengakuan umum dimana
sikap individu berdasarkan kepada bentuk kepribadian dan karakter.
Pemimpin yang memiliki kepribadian yang ramah, memiliki popularitas, asli,
adaptif, ambisius, tekun, serta mampu berkomunikasi. Karakter lain yang
harus dimiliki seorang pemimpin adalah pendidikan umum yang luas,
kemampuan mengembangkan keterampilan, kematangan mental dan emosi, kreatif
dan inovatif, komunikatif, rasional dan objektif, sederhana, dan berani
mengambil keputusan dengan adil dan penuh pertimbangan.
- Pendekatan Perilaku. Pendekatan
perilaku dapat dilihat dari cara seorang pemimpin memberikan pengaruh
terhadap seluruh karyawannya. Umumnya pendekatan ini berorientasi pada
tugas dan hubungan dengan sesama karyawan. Pendekatan ini memiliki empat
system: (1) Exploitative
authoritative, yaitu system yang tidak memberikan kepercayaan kepada
bawahan; (2) Benevolent
authoritative, yaitu system dengan komunikasi yang sangat terbatas;
(3) Consultative, yaitu system
dengan mendasarkan komunikasi sebagai hal yang sangat penting, tetapi
untuk pengambilan keputusan penting tetap berada di tangan pemimpin
organisasi; (4) Partisipative,
system ini menganut pemberian kepercayaan penuh kepada seluruh bawahan.
Dengan adanya komunikasi yang sangat terbuka, maka seluruh interaksi akan
sangat lancer sehingga lingkungan kerja tampak lebih bersemangat, sehat,
dan segar.
- Pendekatan Karismatik. Pendekatan
ini menjadi salah satu pendekatan tertua yang sudah dipakai sejak zaman
Yunani kuno. Yang menjadi ciri khas dari system kepemimpinan ini antara
lain adalah percaya diri serta percaya kepada seluruh pengikut,
pengaharapan yang tinggi kepada seluruh pengikut, mempunyai visi
ideologis, setiap lini mempunyai visi yang sama dalam organisasi, menuntut
loyalitas dan kpercayaan penuh kepada pemimpin, memiliki kemampuan debat, bertarung,
persuasif yang memberikan pengaruh kepada seluruh pengikut atau bawahan.
- Pendekatan Transformasional.
Pendekatan ini memiliki karakteristik yang melakukan perubahan pada
organisasi yang meliputi system nilai, kepercayaan, serta kebutuhan
lainnya. Pendekatan ini berupaya untuk selalu memperbaiki kekurangan demi
kekurangan sehingga selalu menemukan pembaharuan dan perbaikan system.
Pada umumnya transformasi meliputi proses rekrutmen karyawan, seleksi,
promosi, pelatihan dan pengembangan, jaminan kesehatan, serta efektivitas
kinerja organisasi (Suherman, 2019).
Gaya-gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan menjadi sebuah unsur yang sangat
penting dalam manajemen. Berbagai masalah dan kendala yang dihadapi oleh
perusahaan tidak lepas dari peran vital dari seorang pemimpin. Banyak
perusahaan yang memiliki gaya kepemimpinan sangat berorientasi pada hasil dan
tugas. Namun dalam banyak kasus, gaya kepemimpinan tersebut cenderung
menurunkan kualitas kinerja karyawan yang dapat dilihat dari indikator kualitas
hasil kerja dan tingkat kehadiran kerja mengalami penurunan dari waktu ke
waktu. Tentu hal itu bisa berdampak buruk pada produktivitas perusahaan.
Gaya kepemimpinan pada perusahaan dapat disesuaikan
sesuai dengan kebutuhan lingkungan perusahaan dan organisasi. Setiap gaya
kepemimpinan bisa digunakan sesuai dengan kondisi tertentu. Oleh karena itu
para pemimpin diharapkan mengenal baik seluruh bagian organisasi terutama
bagian strategis dan teknis pada perusahaan. Gaya kepemimpinan yang memberi
kepercayaan dan mengambil keputusan bersama berdasar pada hasil diskusi dan
perundingan dengan bawahan akan meberikan keleluasaan kepada seluruh karyawan
untuk dapat menentukan tujuan karena terlibat dalam pemecahan masalah dalam
internal perusahaan. Oleh sebab itu karyawan tidak akan merasa tertekan dan
memiliki semangat untuk bekerja serta memiliki antusias tinggi untuk menyelesaikan
tupoksi dengan sangat baik (Ambarwati, 2015).
Dalam sebuah penelitian yang diadakan pada sebuah
departemen pada lembaga pemerintah oleh Raharjo (2006) disebutkan ada beberapa
gaya kepemimpinan yaitu gaya partisipatif, gaya orientasi prestasi, gaya
direktif, gaya supportif, dan gaya pengasuh sangat berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kinerja para
karyawan. Gaya kepemimpinan pengasuh ditemukan di Depag Kendal dan Semarang yang
mungkin karena ajaran agama yang masih kental yang mana pemimpin dianggap
sebagai guru dan pembimbing, pengarah, dan membantu dalam pemecahan masalah (Raharjo,
dkk., 2006).
Sebuah gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh
seorang pemimpin dalam perusahaan akan sangat mempengaruhi suasana, kondisi,
serta motivasi dari para pegawai atau bawahan dalam organisasi. Dengan begitu
tujuan organisasi akan mudah dicapai ketika semua orang sudah melakukan tugas
dengan baik karena pemimpin memiliki sikap tegas, komunikasi, serta memberikan
pengarahan terhadap para bawahan. Pemimpin yang memberikan perhatian dan
motivasi yang tinggi kepada para bawahan akan meningkatkan kinerja para bawahan
(Rohaeni, 2016).
Umumnya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas dan memberi kewenangan yang luas kepada karyawan sudah diterapkan yang
mana pemimpin berperan dalam mengarahkan dan memberikan batas waktu pengerjaan
tugas, mengorganisasikan, serta mengendalikan semua pegawai (Makkaratte, 2017).
Kombinasi antara gaya kepemimpinan dengan perilaku bawahan dalam perusahaan
dengan. Dalam era globalisasi, lingkungan kerja membutuhkan komunikasi yang
baik dalam setiap lini perusahaan untuk membantu pemecahan masalah strategis
maupun teknis dalam perusahaan (Daswati, 2012). Pemimpin harus mampu
menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan tuntutan dan keunikan
lingkungan kerja. Mereka diharapkan mampu melakukan pendekatan yang terbaik.
Pendekatan kekeluargaan adalah alternatif pendekatan yang lebih tepat di dalam
perguruan tinggi sebab dengan pendekatan ini setiap komponen dalam organisasi
akan menganggap setiap atasan menjadi pengasuh, pengayom, serta pemberi
motivasi sementara para sesame bawahan lainnya akan menganggap seperti
bersaudara (Mulyono, 2018).
Sumber Daya Manusia dan Kinerja
Di masa globalisasi, terbukanya akses dengan
berbagai negara dan korporasi membuat banyak perubahan yang terjadi dalam
perekonomian yang mendorong pengembangan organisasi dan sumber daya manusia.
Organisasi diharapkan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan pasar dan zaman.
Sumber daya manusia yang bermutu akan dapat meningkatkan produktivitas dan
kinerja organisasi. Peran dari seorang pemimpin yang andal akan sangat diperlukan
karena harus mengarahkan dan membawa organisasi untuk mendapatkan keuntungan.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan salah
satu hal yang penting yang diharapkan dapat berkelanjutan untuk peningkatan
kualitas dan kinerja pegawai untuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
global. Program itu harus menjadi salah satu program prioritas yang harus
dikonsep oleh pemimpin dalam perusahaan karena ketika kualitas sumber daya
manusia di dalam tubuh organisasi sudah baik tentu akan dapat memudahkan pemimpin
organisasi untuk mengarahkan para pegawai untuk bekerja lebih maksimal
(Rohaeni, 2016).
Sebuah laporan penelitian membahas tentang perbedaan
antara kinerja karyawan yang memiliki perbedaan kualitas SDM, jam kerja,
absensi karyawan, ekonomi, jumlah penduduk, adat istiadat, dan social
masyarakat. Ditemukan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh gaya partisipatif
dan orientasi prestasi. Penulis juga menambahkan bahwa gaya direktif, gaya
supportif, gaya pengasuh dari pemimpin berpengaruh pada kepuasan kerja, komitmen
berorganisasi serta kinerja para karyawan di lingkungan kerja (Raharjo, dkk., 2006).
Sumber daya manusia menjadi asset terpenting di dalam sebuah organisasi. Sumber
daya manusia berperan sebagai pelaksana kebijakan dan segala kegiatan
operasional di dalam tubuh organisasi. Organisasi merupakan sebuah entitas sosial
yang terdiri dari unit-unit yang memiliki interaksi dan terkoordinasi secara
disengaja dengan penuh kesadaran demi mencapai tujuan organisasi. Setiap
individu di dalam tubuh organisasi dapat mempengaruhi kinerja tim yang akhirnya
mempengaruhi kinerja dan produktivitas organisasi atau perusahaan. Oleh karena
itu penilaian terhadap kinerja karyawan dapat dievaluasi dengan ketercapaian
kerja sesuai dengan job desc yang
sudah diberikan organisasi (Zarvedi, dkk., 2016). Oleh karena itu karyawan
dituntut untuk selalu menampilkan kinerja terbaik demi tercapainya tujuan yang
sudah ditetapkan organisasi. Ada beberapa hal yang dapat menurunkan kinerja
karyawan seperti menurunnya motivasi kerja karyawan, kurang disiplin,
lingkungan kerja tidak nyaman, serta rekan kerja yang buruk. Oleh karena itu
pemimpin diharpkan dapat membantu memecahkan masalah serta menemukan akar dari
berbagai masalah yang dihadapi oleh para karyawan (Tampi, 2014).
Sumber daya manusia menjadi factor yang sangat
penting dalam organisasi. Dalam organisasi atau perusahaan besar, sumber daya
manusia menjadi unsur yang paling menentukan dalam pengembangan perusahaan.
Setiap orang yang memiliki kinerja dan tanggung jawab yang baik akan membawa
perusahaan untuk mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan bersama. Oleh karena
itu pemimpin harus senantiasa memberikan dukungan dan simpati kepada semua
bawahan agar setiap unsur dapat bekerja secara maksimum (Inaray, dkk. 2016). Pengelolaan sumber daya manusia di dalam
perusahaan tidaklah perkara mudah. Semua komponen dalam organisasi seperti
pimpinan, karyawan, dan sistem merupakan kesatuan yang harus berpadu demi
tercapainya kepuasan dalam bekerja. Kepuasan kerja dapat dilihat dengan tingkat
kedisiplinan kerja pegawai, kepatuhan pada peraturan, datang dan pulang kurang
sesuai denga waktu yang ditentukan, serta insentif yang kurang adil. Pemimpin yang memberikan ruang dan waktu untuk
para bawahan untuk bertanya tentang permasalahan yang dihadapi dapat berdampak
baik pada kepuasan kerja karyawan karena dapat memicu meningkatnya kinerja
(Gani, dkk., 2017).
Kinerja merupakan keseluruhan proses yang terjadi di
dalam organisasi atau perusahaan yang dimulai dari proses rekrutmen, seleksi,
penempatan kerja, pelatihan awal, hingga proses kerja. Kinerja setiap karyawan
merupakan bagian dari upaya pengembangan sumber daya manusia. Setiap individu
atau kelompok yang bekerja di dalam organisasi secarastrtegis dan teknis
bersatu padu serta berkolaborasi meningkatkan produktivitas dan kinerja demi
ketercapaian misi dan tujuan organisasi (Rego, dkk., 2017). Memaksimalkan
kinerja karyawan menjadi salah satu asset penting perusahaan. Perusahaan yang
efektif dalam mengelola karyawan akan menguntungkan perusahaan. Perputaran
karyawan akan menghambat produktivitas perusaaan karena tidak fokus
meningkatkan kualitas sumber daya yang sudah ada. Menambah karyawan baru atau
menggantikan karyawan lama yang sudah keluar tentu akan menambah biaya dan
waktu untuk memberikan pelatihan kepada karyawan baru (Ambarwati, 2015).
Motivasi
Beberapa teori seperti yang dikemukakan oleh Abraham
H. Maslow dalam hierarchy of needs,
teori factor Frederick Herzberg, ERG Clayton Alderfer, teori kebutuhan David
McClelland, serta teori harapan Vroom, menjelaskan bahwa motivasi menjadi
factor mendasar yang dapat mendorong seseorang untuk menggerakkan dan
mengarahkan dirinya untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Namun
dalam hal ini pemimpin diharapkan dapat dengan jeli memperhatikan akan segala
kebutuhan segala pegawainya yang mendorong para pegawai selalu mendapatkan
motivasi yang maksimal sehingga selalu memiliki semangat dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh pemimpin. Kebutuhan ynag dibutuhkan bawahan bisa
dapat berupa penghargaan, jaminan keselamatan kerja, kebutuhan sosial,
kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan lainnya. Setiap pegawai tentu memiliki
kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan produktivitas mereka
berbeda-beda. Kinerja pegawai dapat diukur dengan kemampuan, disiplin, dan
kreativitas yang dimiliki setiap individu dalam organisasi. Kombinasi antara
kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh oleh setiap karyawan dapat
digunakan oleh setiap orang untuk membuktikan diri selama periode waktu
tertentu. Oleh karena itu pemimpin juga perlu memberikan kesempatan, perhatian,
serta kepercayaan kepada setiap karyawan untuk mengembangkan dan membuktikan
diri mereka bahwa mereka bisa berkembang dan melakukan yang terbaik (Rohaeni, 2016).
Pemimpin harus dapat mempengaruhi persepsi bawahan
serta memberikan motivasi kepada seluruh karyawan mengenai deskripsi pekerjaan
mereka. Pemimpin juga harus mengenal seluruh struktur organisasi dan karyawan
dengan baik sehingga berbagai pendekatan dapat dilakukan untuk memecahkan suatu
masalah yang dihadapi oleh bawahannya (Raharjo, dkk., 2006). Motivasi mendorong
setiap orang untuk bertindak atau bergerak dalam melakukan suatu kewajiban yang
dilakukan dengan keadaan sadar, tidak terpaksa serta penuh dengan perhatian.
Ketika motivasi sudah muncul dalam diri, maka setiap orang yang melakukan suatu
tugas akan bekerja dengan rasa bahagia, puas, efektif, serta efisien. Dengan
adanya komunikasi, dukungan, kerjasama, serta peran serta dari seluruh elemen
dalam badan organisasi, motivasi dalam setiap karyawan juga akan dapat
ditingkatkan karena melihat keseluruhan unsur dalam organisasi bekerja sebagai
tim kerja yang solid (Inaray, dkk. 2016).
Motivasi adalah sesuatu hal yang sangat penting yang
mendorong karyawan dapat mengerjakan sesuatu dengan penuh dedikasi dan
bersemangat. Motivasi menjadi elemen yang krusial untuk mencapai sebuah tujuan
di dalam organisasi. Setelah tujuan bersama sudah dicapai maka akan mengurangi
ketegangan sebaliknya akan meningkatkan kepuasan atas kinerja kelompok dan
anggota dalam organisasi (Makkaratte, 2017). Motivasi serta kinerja pegawai
juga dipengaruhi oleh hubungan dengan setiap atasan, rekan kerja, lingkungan
kerja, kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta
tunjangan yang diberikan perusahaan. Motivasi kerja mendorong seorang keryawan
untuk bekerja lebih maksimal bisa timbul dari diri sendiri dan atau rangsangan
dari lingkungan kerja atau dari atasan. Teori yang dikemukakan Morrison
menyatakan bahwa motivasi sebagai sebuah sifat untuk melibatkan diri secara
penuh dalam kegiatan yang apabila sudah mengarah pada sasaran atau target akan
dilakukan dengan sebaik-baiknya (Wijayanti, 2012).
Penelitian Terkini
Tingkatan kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan
kinerja karyawan tidak pernah terlepas dari peran utama kepemimpinan yang
dimainkan oleh atasannya. Oleh karena itu seorang pemimpin harus senantiasa
bisa merangsang terciptanya kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kinerja
karyawan dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat menyesuaikan dengan
kebutuhan di dalam lingkungan kerja. Hasil penelitian menyarankan agar dalam
manajemen selalu memperhatikan semua variabel ini sebagai acuan dalam
mengembangkan kebijakan demi tercapainya tujuan perusaaan (Raharjo, dkk., 2006).
Penelitian yang diadakan oleh Hajar (2018) menyatakan
bahwa perilaku kepemimpinan, kepercayaan, human
relations, kinerja organisasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
kinerja organisasi pada salah satu lembaga pemerintah.
Hasil penelitian menyatakan bahwa budaya organisasi
dan kompetensi yang dimiliki seorang pemimpin perlu untuk selalu ditingkatkan
untuk lebih baik lagi sehingga dapat baik dapat mempengaruhi lingkungan
organisasi serta dapat memberikan beban kerja kepada pegawai sesuai dengan
kemampuan mereka dalam mencapai tujuan yang ditetapkan organisasi (Zarvedi,
dkk., 2016).
Berdasarkan hasil penelitian, kepemimpinan
berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai di Kantor Sekretariat Kota Sorong
(Salutondok & Soegoto, 2015). Hasil yang sama diperoleh, kepemimpinan bepengaruh
positif dan signifikan terhadadap motivasi kerja yang ditandai dengan karakter
kepemimpinan yang semakin baik, maka motivasi kerja juga semakin meningkat.
Motivasi berpengaruh positif serta signifikan terhadap kinerja karyawan yang
mana ketika motivasi kerja meingkat maka hasil kinerja karyawan semakin
meningkat. Kepemimpinan juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan, yang mana semakin baik sifat kepemimpinan maka kinerja
karyawan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu pemimpin yang baik diharapkan
dapat selalu mengembangkan jiwa kepemimpinannya agar semakin dengan
berkembangnya suatu organisasi yang disertai dengan kompleksnya lingkungan
kerja, maka seorang pemimpin terdorong agar selalu mempelajari dan melakukan
pendekatan yang terbaik terhadap semua bawahannya agar dapat tetap melakukan
koordinasi yang baik dalam mengemban setiap tugas dan tanggung jawab yang sudah
diberikan (Rego, dkk., 2017). Tidak berbeda dengan hasil yang di dapatkan Gede
& Piartini (2018) di BPR se-kecamatan Sukawati Gianyar, Bali, kepemimpinan
dan motivasi juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Tidak
jauh berbeda, dalam industri perbankan, motivasi kerja yang diberikan oleh
pimpinan terhadap karyawan dapat memberikan pengaruh yang kuat serta dapat
mempererat hubungan antara atasan dengan bawahan yang dapat memicu
produktivitas setiap pegawai. Kepemimpinan dan motivasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan di PT. Amanah Finance Manado (Inaray, dkk. 2016). Hasil
penelitian menyatakan bahwa kepemimpinan dan motivasi berpengaruh terhadap
kinerja karyawan di PT. Daya Anugerah Semesta Semarang. Oleh karena itu hasil
ini menyarankan agar perusahaan harus secara optimal mengelola perusahaan
dengan meningkatkan pola kepemimpinan dan motivasi untuk meningkatkan
produktivitas perusahaan (Wijayanti, 2012). Dalam penelitian yang diadakan
Bahrum & Sinaga (2015), didapatkan hasil bahwa gaya kepemimpinan dan
motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai dengan nilai t hitung
berturut-turut 2,049 dan 4,116. Begitu juga dengan hubungan antara gaya
kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja pegawai juga berpengaruh signifikan
dengan F hitung sebesar 16,762.
Sebuah penelitian dilakukan pada perusahaan non profit perpustakaan yang sedang menghadapi
masalah dalam mengelola perpustakaan. Pustakawan kerap mangkir dari jam kerja
yang sudah ditentukan, kurangnya komunikasi dan menawarkan bantuan kepada
pengunjung, dll. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah rendahnya
kualitas sumber daya manusia dan kompetensi yang dimiliki pustakawan tersebut.
Oleh karena itu perusahaan melalui pemimpin perlu mengadakan
pelatihan-pelatihan agar pustakawan tersebut menjadi lebih kompeten dalam
mengerjakan tugasnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa gaya
kepemimpinan hanya berkontribusi sekitar 11,8% terhadap kinerja pegawai di
perguruan tinggi negeri di Surabaya. Ternyata sekitar 88,2% variabel lain
seperti tingkat pendidikan, kedisiplinan, pelatihan, tingkat kehadiran pegawai,
dan motivasi kerja memegang pengaruh besar terhadap kinerja pustakawan (Ambarwati,
2015).
Menurut Rosyidi (2014), gaya kepemimpinan demokratis
sudah diterapkan di perguruan tinggi negeri di Surabaya yang mana gaya
kepemimpinan ini memberikan keleluasaan kepada para pegawai untuk bekerja tanpa
di bawah tekanan. Kepemimpinan ini menyediakan ruang untuk para pegawai untuk
memberikan ide, kritik, dan saran kepada pemimpin karena pemimpin menganggap
bahwa setiap bawahan adalah rekan kerja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Utama
Duta Harapan disarankan bahwa pemimpin perusahaan agar meningkatkan karakter
kepemimpinannya serta memperbaiki sistem kerja agar para karyawan terhindar
dari stress selama bekerja dan tetap merasa puas dengan segala yang didapatkan
di perusahaan (Gani, dkk 2017). Hal ini didukung oleh penemuan Tampi (2014),
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dan motivasi berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan dengan sebesar 63,7%. Adapun factor lain yang mempengaruhi
kinerja karyawan adalah suasana lingkungan kerja, tempat kerja, serta
pendidikan.
Penemuan Ambarwati (2015) menyebutkan bahwa gaya
kepemimpinan partisipative sangat
diinginkan oleh karyawan yang mana karyawan ingin selalu terlibat dalam
penentuan segala keputusan dalam kegiatan. Dalam hal ini karyawan ingin
pemimpinnya mempertimbangkan ide, pedapat, serta gagasan dari bawahannya.
Sebuah perusahaan yang memiliki karyawan di divisi pemasaran mengharapkan
pemimpin tidak hanya memberikan penghargaan kepada karyawan, tetapi juga bersedia
membina hubungan yang baik dengan karyawan. Namun hasil yang berbeda didapatkan
pada bagian produksi, pembelian, persediaan, personalia, dan keuangan
perusahaan. Para karyawan menginginkan sosok pemimpin yang consultative, yang mana seorang pemimpin diharapkan dapat menerima
saran dari bawahan, memberikan umpan balik atas prestasi, komunikasi dua arah
yang baik, serta membiarkan keputusan-keputusan khusus untuk dieksekusi oleh
bawahan.
Sebuah penelitian yang diadakan oleh Makkaratte
(2017) di dalam sebuah lembaga pemerintah menganalisis pengaruh gaya
kepemimpinan dan motivasi kerja pada kinerja karyawan mereka di instansi
pemerintah tersebut. Ditemukan fakta bahwa pegawai masih memiliki pemahaman
yang rendah akan tupoksi yang sudah ditentukan. Sehingga pemimpin harus lebih
berperan aktif lagi meningkatkan kompetensinya dalam mengarahkan semua pegawai
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Indikator yang menjadi tolak ukur terhadap
kompetensi kepemimpinan menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan menempati posisi
teratas dengan skor 70,59 dengan kategori sangat baik diikuti dengan perilaku
mempengaruhi orang lain dan perilaku seni mempengaruhi manusia berturut-turut
dengan nilai 66,66 dan 58,82. Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan, perilaku memperngaruhi orang lain dan perilaku seni mempengaruhi
manusia dapat memotivasi para pegawai menjadi lebih berprestasi, efektif dan
efisien dalam bekerja, serta memiliki kinerjayang lebih baik.
SIMPULAN DAN
SARAN
Simpulan
Pemimpin
adalah individu yang mendorong setiap kelompok dalam organisasi untuk
mengerjakan tugas dan fungsi tertentu demi mencapai tujuan-tujuan yang
ditentukan.
Kepemimpinan
merupakan sifat kolektif yang dimiliki seseorang yang yang memiliki dampak yang
sangat besar terhadap suatu kepentingan kelompok, organisasi, dan atau
perusahaan. Kepemimpinan meliputi berbagai proses yang mempengaruhi tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
interpretasi dan persepsi pegawai, menjaga hubungan dan interaksi setiap tim
kerja, memberikan dukungan dan menemukan kerja sama dari kelompok di luar
organisasi.
Organisasi
merupakan kerangka hubungan yang terstruktur yang memiliki pembagian kerja,
tanggung jawab, wewenang, dalam menjalankan fungsi tertentu.
Empat
jenis pendekatan dalam kepemimpinan, yaitu: pendekatan sifat, pendekatan
perilaku, pendekatan karismatik, dan pendekatan transformasional.
Gaya
kepemimpinan pada perusahaan dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan
lingkungan perusahaan dan organisasi. Setiap gaya kepemimpinan bisa digunakan
sesuai dengan kondisi tertentu.
Sumber
daya manusia yang bermutu akan dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja
organisasi. Peran dari seorang pemimpin yang andal akan sangat diperlukan
karena harus mengarahkan dan membawa organisasi untuk mendapatkan keuntungan.
Pemimpin
harus dapat mempengaruhi persepsi bawahan serta memberikan motivasi kepada
seluruh karyawan mengenai deskripsi pekerjaan mereka.
Saran
Berdasarkan
tinjauan yang sudah dikemukakan di atas, diharapkan kepada seluruh pemimpin di
dalam organisasi agar senatiasa mengembangkan jiwa kepemimpinannya agar bisa
membawa organisasi mencapai tujuan yang sudah ditentukan demi kepentingan
bersama. Pemimpin organisasi juga diharpkan agar selalu memperhatikan kebutuhan
organisasi dan seluruh karyawan. Kepada seluruh pegawai agar senantiasa
memiliki motivasi yang tinggi dalam mengerjakan tugas dan fungsi yang
diamanahkan oleh pemimpin organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,
N. 2015. Gaya Kepemimpinan Yang Efektif Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja
Karyawan Pada PT. Sumber Mas Indah Plywood. Universitas
Negeri Surabaya.
Bahrum,
S. & Sinaga I., W. 2015. Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai Lembaga Dewan Kawasan Perdagangan Bebas
Pelabuhan Bebas Batam Bintan Karimun). Jurnal
Akuntansi, Ekonomi, dan Manajemen Bisnis 3: (2) 135-141
Daswati.
2012. Implementasi Peran Kepemimpinan Dengan Gaya Kepemimpinan Menuju
Kesuksesan Organisasi. Jurnal Academica
04: 01
Gani,
M., Hamsinah, Sjahruddin, H. 2017. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Stres Kerja
terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal
Organisasi Kehidupan 2: 62-77
Gede
I. K. & Piartini, P. S. 2018. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Karyawan Yang Dimoderasi Oleh Motivasi Kerja Pada BPR Se-Kecamatan Sukawati
Gianyar. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana 7: (4) 1107-1134
Hajar,
S., Lubis, A. R, & Lubis, P. H. 2018. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Dan
Kepercayaan Terhadap Kinerja Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten
Aceh Barat. Jurnal Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah 2: (1) 46-57
Inaray, J. C.,
Nelwan, O. S., & Lengkong, V. P. K. 2016. Pengaruh Kepemimpinan Dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Amanah Finance Di Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 16: (2)
459-470
Makkaratte, A. M. W. 2017. Analisis Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Katalogis 5 (11): 116-128
Mulyono,
H. 2018. Kepemimpinan (Leadership) Berbasis Karakter Dalam Peningkatan Kualitas
Pengelolaan Perguruan Tinggi. Jurnal
Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora 3: 1 (290-297)
Raharjo,
S, T. & Nafisah, D. 2006. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawan (Studi Empiris Pada
Departemen Agama Kabupaten Kendal dan Departemen Agama Kota Semarang). Jurnal Studi Manajemen & Organisasi 3
(2): 69-81
Rego,
E. B., Supartha, W. G., & Yasa, N. N., K. 2017. Pengaruh Kepemimpinan
Terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan pada Direktorat Jendral Administrasi dan
Keuangan, Kementerian Estatal Timor Leste. E-Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6: (11) 3731-3764
Rohaeni,
H. 2016. Model Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai. Ecodemica 4: (1) 42-47
Rosyidi,
A. W. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pustakawan Pada
Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri Di Surabaya. Universitas Airlangga 1-15
Salutondok,
Y. & Soegoto, A. S. 2015. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Kondisi Kerja
Dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Di Kantor Sekretariat Dprd Kota Sorong. Jurnal EMBA 3: (3) 849-862
Suherman,
U. D. 2019. Pentingnya Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah 1: (2) 260-274
Tampi,
B. J. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Terrhadap Kinerja Karyawan
Pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk. (Regional Sales Manado). Journal Acta Diurna 3: (4) 1-20
Wijayanti,
D. W. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Pada Pt. Daya Anugerah Semesta Semarang. Universitas
Negeri Malang
Yudiaatmaja,
F. 2013. Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan
Karakternya. Universitas Pendidikan
Ganesha Media Komunikasi FIS 12: 12 (2) 29-38
Zarvedi,
R. Yusuf, R. & Ibrahim, M. 2016. Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi
Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai Serta Implikasinya Pada Kinerja
Sekretariat Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam 2: (2) 201-217
Contact me for a permission/citation.
Posting Komentar
Posting Komentar